Poster by junghara [Thanks <3]
My Prince
by deersnow
main cast Oh Sehun – Im Yoona
other cast Tiffany Hwang – Jessica Jung – Park Chanyeol – Park Chorong
genre School Life – Fluff – Romance
rating T
disclaimer Cast belong’s God. I just borrowed the names of characters and places.
Please keep RCL – Hope you like it
Happy reading!
[Previous Chapter 1, Chapter 2]
Previous Scene
“Emmm… Boleh kan aku pulang bersamamu? Aku takut kalau pulang sendirian…” tanya Yeoja itu dengan nada imut yang dibuat-buat. Aku merasa familiar dengan suara itu. Jadi aku memberanikan diri mengintip untuk melihat wajah Yeoja itu.
Oh tuhan! Itukan Jessica!
Chapter 3
Oh Tuhan! Itukan jessica!
“Maaf, aku tak bisa. Aku ada janji dengan temanku sehabis pulang sekolah. Kau dengan yang lain saja.” tolak Sehun dan langsung bergegas keluar kelas dan untungnya ia tak melihatku karena ia menuju ke arah yang berlawanan.
.
“Aish jinjja! Apanya yang mudah didekati, Chorong-ah?! Dia langsung menolak ajakanku kau tahu?! Aku jadi terlihat seperti yeoja murahan hanya karena idemu itu! Kau tak jadi ku traktir shopping besok!” Wuu, terdengar suara Sica yang melengking dari dalam kelas. Ku intip sedikit ke dalam, ternyata Sica tengah bertelepon ria dengan posisi yang bisa dibilang mengenaskan—duduk di lantai dengan bersandar di meja dan tasnya yang menghilang entah kemana—dan wajah yang jika ia pergi ke pinggir jalan akan disangka pengemis. Oh yeah, itu terlalu berlebihan kurasa.
“Aniyo! Bahkan aku belum mengatakan hal itu dia sudah pergi. Sudahlah, aku sudah tak mood lagi membicarakan hal itu. Sudah ya Bye” masih terdengar suara Jessica yang menyedihkan. Setelah aku mendengar suara telepon dimatikan, akupun ingin langsung pulang karena takut ketahuan oleh Sica.
Tapi, aku baru ingat kalau jam segini gerbang depan sudah ditutup. Tersisa hanya gerbang belakang yang satu-satunya jalan ada di ujung lorong ini. Baiklah, untuk melatih skill acting-ku, aku harus berpura-pura.
Akupun berjalan mundur dengan membungkuk ke awal lorong. Dan kembali berjalan ke arah kelas Sehun dengan santai. Bertingkah seperti tak tahu apa-apa.
“Oh Annyeong, Jessica-ssi! Kau belum pulang?” tanyaku sok ramah saat melewati pintu kelas Sehun dan kebetulan Jessica juga keluar kelas.
“Oh my god apa itu!” serunya terkejut. Haha, rupanya dia tak menyadari keberadaanku sedari tadi, syukurlah.
“Sorry, emm..” ia melirik name tag ku. “..Yoona-ssi. Ku kira tadi kau hantu, habisnya kau tiba-tiba muncul.” lanjutnya.
“Hahaha, tak apa, salahku juga mengagetkanmu. Jadi, kau belum pulang? Ku kira hanya ada aku di sekolah ini.” aku kembali melaksanakan aktingku.
“Ah, tidak, aku belum pulang. Tadi aku masih ada urusan sebentar.”
“Mau ke gerbang bersama? Sudah mulai gelap, gerbang depan sudah ditutup. Apa kau tak takut? Kurasa aku agak takut,” tawarku.
“Aku ikut! Aku juga takut sendirian!” jawab Sica berseru sambil mengejarku yang telah berjalan meninggalkannya dan langsung memeluk lengan kiriku. Sesekali ia melihat-lihat ke atas. Hahaha, lucu juga dia kalau sedang ketakutan. Jadilah sepanjang jalan menuju ke gerbang kami mengobrol. Kurasa ia tak seburuk yang Fany kira.
{{o}}
Keesokan harinya, pulang sekolah
“Omona Yoong! Kau harus tau kejadian kemarin sore!” seru Fany sambil berlari mengejarku yang menuju ke kantin. Beberapa pasang mata yang melihat kejadian itu memasang wajah ‘mau-maunya kau berteman dengan yeoja berisik itu, Yoong’ ke arahku. Oh, itu sudah biasa, tenang saja.
“Sssstt, kau berisik sekali Fany-ah. Aku tambah pusing hari ini karena diomeli Choi Sonsaengnim tadi.” kataku sambil cemberut.
“Jinjja? Karena apa kau diomeli? Dimana? Mengapa aku tak menyadarinya ya?” tanya Fany berturut-turut. Seperti kereta saja.
“Aish, sudahlah lupakan saja yang tadi. Nah kau, kau mau menceritakan apa kepadaku? Cepat sebelum aku mati kelaparan disini,”
“Kau terlihat menakutkan Yoong. Ah, jadi begini. Kemarin sebelum pulang ke rumah, supirku ingin bertemu dengan temannya dan aku di suruh ikut. Ternyata kami melewati rumah Sehun, dan aku melihat ada tamu yeoja yang baru datang. Dan yang menggemparkan, ibunya Sehun memeluk yeoja itu layaknya anak sendiri. Namun aku tak sempat melihat ekspresi Sehun saat itu karena supirku berhenti tepat di sebelah rumah Sehun. Dan mana mungkin aku tiba-tiba mundur untuk melihat keadaan rumah Sehun? Oh ya, aku sempat mendengar nama yeoja itu dipanggil. Yong? Young? Ah apa ya? Yeong? Aahh sudahlah pokoknya semacam itu. Apa kau tak penasaran siapa yeoja itu, Yoong?” jelas Fany panjang lebar. Walaupun aku agak bersemangat karena ini menyangkut Sehun, aku masih kesal dengan Choi sonsaeng. Jadinya aku malas beraktifitas. Huh.
“Pastinya aku penasaran, Fany-ah. Tapi aku tak enak kalau mengurusi urusan orang lain, walapun dia pacarku sendiri, ya tetap saja. Sudahlah aku mood membicarakan itu, aku mau makan dulu,” aku pun berjalan ke kedai ramyun meninggalkan Tiffany yang memandangku aneh.
“Ahjumma, ramyunnya sat..”
“Dua ya ahjumma” potong seseorang. Saat kutengok, ternyata itu Jessica.
“Oh, annyeong Sica.”
“Annyeong Yoong.” balasnya.
Setelah pesanan kami selesai, kami berpisah tempat duduk. Jessica bergabung dengan Chorong dan kumpulan penggila-rok-mini itu.
“Aigo, Yoong. Kau tadi menyapa Jessica yeoja centil itu? Aku tak salah liat bukan?” pekik Fany tertahan karena jarak meja kami dan Sica tidak begitu jauh.
“Memangnya salah? Bukan karena kau membencinya aku ikut membencinya tanpa alasan bukan?”
“Iya juga sih ya, tapi kan…”
“Sudahlah, tak usah membicarakan orang lain. Lebih baik kau beli makanan sana, mukamu seperti orang tak makan 3 hari, tau.” potongku. Dan Fany pun bergegas ke kedai bibimbap di ujung kantin dekat meja Chanyeol dan Sehun.
Oh ya! Aku jadi ingat ide Tiffany agar aku mengajak Sehun menonton bioskop bersama. Kupikir ini kesempatan bagus karena kantin sudah mulai sepi dan jarang ada yang memperhatikan meja ujung itu karena tempatnya terpencil.
Akupun memberi kode kepada Fany kalau aku mau memulai misi. Dan Chanyeol juga mendapat sinyal yang sama. Ha, telepathy diantara kami bertiga memang paling berguna disaat seperti ini. Tidak, aku bercanda. Kami tidak mempunyai kekuatan telephathy atau apapun itu, tenanglah.
Setelah itu aku berpura-pura menyapa Chanyeol dan duduk di sebelah Chanyeol dan depanku Sehun. Lalu sesuai sinyal yang didapat Yeollie, ia berpura-pura mendapat telefon dari Eomma dan sibuk sendiri dengan ponselnya. Fany pun sudah beranjak pergi dari kantin.
“Ehemm.” Aku berdehem. Sebenarnya tidak ada maksud apa-apa, aku hanya iseng berdehem.
“Ada apa? Tak biasanya kau kemari,” tanya Sehun.
“Mmm.. Memangnya aku tak boleh kesini?”
“Tentu saja boleh, kami malah senang. Tapi sepertinya kau punya sesuatu yang ingin dibicarakan. Cha, bicaralah,” ucap Sehun dengan tersenyum.
“Aku mau mengajakmu untuk pergi menonton bioskop bersama sore ini.. Apa kau mau?” tanyaku ragu juga perlahan dan sambil menunduk.
Krik krik
Suasana hening se heningnya, yang bersuara hanya jangkrik nyasar itu.
“Hahahahahahahahaha….” meledaklah tertawaan Sehun itu. Sampai-sampai penjual di kantin dan Chanyeol langsung mendelik ke meja kami.
“Kenapa kau tertawa? Apa yang aku bicarakan salah?” tanya ku dengan bingung.
“..hahaha.. Aniyo, tak ada yang salah. Tapi tadi ekspresi ketakutanmu lucu sekali Yoong, kau seperti sedang di interogasi oleh polisi,” jawab Sehun dengan sisa tawanya.
“Jadi…..”
“Ah ya maafkan aku tadi. Boleh, tapi aku ada latihan dance sampai jam 6 sore. Jadi kita hanya bisa menonton untuk jam malam. Bagaimana? Kau masih mau?” Yeah! Dia mau! Thanks God! Aku hanya bisa menjawab dengan anggukan sambil tersenyum.
“Okay, nanti aku jemput di rumahmu sekitar jam setengah 7 ya?” Lagi, aku hanya mengangguk dan senyumku ini belum pudar sedari tadi.
“Oke, gomawo,” ucapku yang sehabis itu langsung bergegas keluar kantin. Setelah melewati batas aman Sehun tak melihatku, aku berjalan sambil menari-nari.
Saat aku sampai di lapangan sekolah, aku melihat Tiffany sedang asik memakan bibimbap bersama dengan Nara.
“Fany-ah!” seruku memanggil Fany sambil berlari menghampirinya.
“Oh, itu dia Yoona. Yasudah, kalau begitu aku duluan ya Fany,” ucap Nara lalu berlalu dan dibalas anggukan oleh Tiffany.
“Gimana Yoong? Berhasilkah? Dia mau atau tidak? Bagaimana reaksinya?” tanya Fany bertubi-tubi.
“Sstt, stop. Kalau bertanya ya satu-satu Tiff, pusing aku.” Fany hanya nyengir lebar. Lalu ku ceritakanlah kejadian barusan kepada Tiffany.
“Tuhkan, sudah kubilang dia pasti mau, Yoong. Yasudah, ayo ke rumahmu, nanti aku akan mendandanimu agar kau tampak makin cantik!” tukas Tiffany cepat dan langsung menarik tanganku tanpa meminta persetujuan. Walaupun aku tak akan menolak.
{{o}}
Saat sampai di rumahku, ternyata Chanyeol sudah ada dirumah. Cepat sekali dia sampai. Dapat ditebak pasti sekarang Fany sedang sibuk memerhatikan dengan seksama Chanyeol yang kini sedang membuat minuman untuk kami. Bukan, bukannya ia ingin cari muka di depan Tiffany, tapi orangtua kami selalu mengajarkan bahwa setiap tamu—baik yang sering datang ke rumah ataupun yang baru pertama kali—harus disuguhi hidangan. Pasti orangtua kalian juga begitu, kan?
“Yoong, kau benar-benar jadi pergi bersama Sehun?” tanya Chanyeol sambil menaruh gelas ke nampan.
“Iya, katanya jam setengah 7 dia mau menjemputku. Memangnya kenapa?”
“Tidak apa-apa. Eomma dan Appa sedang pergi ke rumah temannya, sekarang aku juga ingin pergi latihan basket di sekolah. Jadi sebelum kau pergi ingat kunci pintu dan gerbang, ya.” ucapnya sambil menaruh nampan berisi minuman ke tanganku. Dan langsung pergi ke kamarnya untuk bersiap. Aku hanya balas mengangguk.
“Kajja Tiff,” kami menaiki tangga menuju ke kamarku.
Sesampainya disana Tiffany langsung mengobrak-abrik isi lemari pakaianku. Dan menunjukan padaku sebuah kemeja biru muda tipis dan rok diatas lutut bermotif yang lucu.
“Wah, ini lucu Yoong! Kau pakai yang ini saja nanti”
“Tapi kemeja itu terlalu tipis Tiff, bisa mati kedinginan aku di bioskop,”
Tiffany kembali mencari sesuatu di lemariku. Dan berdiri menunjukan sebuah sweater berwarna pink soft
“Kau bisa memakai ini juga Yoon, lucu kan? Coba kau pakai ini dulu,” Fany menyerahkan semua pakaian itu kepadaku dan mendorongku ke kamar mandi
.
“Yoona, kau lama sekali sih mencoba bajunya? Cepatlah ini sudah jam 5 sore.” panggil Tiffany. “Iya, bersabarlah dulu.” balasku dan bergegas keluar kamar mandi.
“Wow, kau cantik sekali Yoong. Kenapa kau tak pernah mau mencoba bajumu yang lucu ini?” puji Fany sambil memandangiku dari atas sampai bawah.
“Benarkah? Thank you Fany-ah,”
“Nah sekarang tinggal make-upnya. Kau mau sendiri atau biar aku saja?” tawar Tiffany.
“Kau saja Tiff, kaukan lebih handal,”
Setelah itu Tiffany mulai mendandaniku. Kami baru selesai jam setengah 6. Lalu Tiffany pamit pulang karena dirumahnya kedatangan tamu. Dan sekarang sudah jam 6 dan aku sudah siap berangkat. Haha, aku sangat tidak sabar sepertinya menunggu kedatangan Sehun. Biarkan saja lah, ini kan kencan pertamaku dengannya.
(Ini author kasih bayangan gimana outfitnya Yoona ya;D)
{{o}}
Sekarang sudah jam setengah 7 lebih 10 menit tapi Sehun belum menunjukan batang hidungnya. Mungkin ia terlambat, ya terlambat, mana mungkin ia lupa dengan kencan pertama kami bukan?
Tin Tin
Terdengar bunyi klakson mobil di luar rumah. Kutengok dari jendela ternyata benar itu Sehun. Aku pun buru-buru menyampirkan tas ke bahuku dan langsung keluar rumah. Tentunya aku tak lupa mengunci pintu dan gerbang. Aku pun masuk ke dalam mobil Sehun tepatnya di sampingnya setelah mendapat kode darinya. Yeah, walaupun aku menginginkan seperti di film romantis yang dimana sang pria membukakan pintu mobil untuk sang wanita tapi cukup dengan duduk satu mobil dengannya saja aku sudah sangat senang. Maaf aku sudah melantur.
Perjalanan kami ke tempat bioskop terasa sangat lama karena tidak ada yang memulai pembicaraan. Kupikir ini wajar karena ini kencan pertama kami dan pertama kalinya kami duduk bersebelahan.
{{o}}
Ternyata takdir berkata lain. Sesampainya di Cinema, kami hampir tak bisa masuk karena sangat ramai. Bahkan tiket yang dijual online pun sudah habis. Huh, kencan pertamaku sudah dibuat hancur oleh Cinema itu.
“Wow, ramai sekali hari ini. Apa ada artis yang juga menonton disini?” ucap Sehun dengan nada santai, seperti tak ada nada sedih atau kecewa didalamnya. Dan sepertinya ia tak menyadari wajahku yang sudah tertekuk rapat ini. Aku hanya bisa diam.
“Kalau begini mau bagaimana? Memaksakan diri untuk masuk? Tidak kan?” tanya Sehun. Lagi-lagi aku hanya bisa menjawab dengan mengangkat bahuku.
“Hey, sudahlah. Tak perlu menekuk wajahmu itu, mungkin memang kita tidak di izinkan untuk menonton saat ini. Ayo, sebaiknya kita mencari makan saja dulu, aku sudah lapar,” ucap Sehun lagi dan langsung menggandeng tanganku pergi menjauhi Cinema.
.
Author pov
Sehun baru melepaskan tangan Yoona setelah sampai di bangku salah satu food court di mall itu.
“Kau mau makan apa, Yoon?” tanya Sehun. Sepertinya Yoona masih sedikit kecewa dan kesal karena tidak jadi menonton bioskop, karena ia tak membalas pertanyaan Sehun
“Kau masih marah? Ayolah, lagipula Cinema yang ramai tadi bukan salah pemiliknya, kau tak perlu sampai begini.” lanjut Sehun. Melihat Yoona tak bereaksi apa-apa, ia kembali meneruskan. “Begini saja, kau mau sehabis makan nanti kita kembali ke Cinema lagi? Yeah, siapa tahu saat kita kembali disana sudah tidak sepenuh tadi. Bagaimana?” tanya Sehun yang langsung membuat kepala Yoona terangkat. Terlihat disana kedua matanya berbinar dan senyumannya kembali merekah.
“Kau serius? Kau tak bercanda kan?” akhirnya keluarlah suara dari mulut kecil Yoona.
“Tentu saja aku tak bercanda. Tapi, kau harus makan dulu. Kalau kau tak makan, kita tidak jadi kembali ke Cinema, arra?”
“Oke, aku akan makan sekarang!” seru kecil Yoona penuh semangat dan langsung memanggil pelayan. Terlihat Sehun tersenyum kecil melihat tingkah anak kecil dari Yoona-nya itu. Ya, Yoonanya. Mengingat hal itu senyum kecilnya makin melebar dan menjadi senyuman yang begitu manis
.
“Aduh, aku kenyang sekali..” keluh Yoona yang kini telah selesai melahap satu porsi jajjangmyeon ditambah satu porsi ramyeon dan satu gelas jus strawberry itu.
“Ckckck, siapa yang suruh kau makan sebanyak itu? Kau seperti orang yang tidak makan 2 hari nona Im.” Ucap Sehun dengan nada dinginnya
“Diamlah kau, tuan Oh. Asal kau tahu, porsi makanku memang biasanya banyak. Apalagi jika aku sedang kesal. Jadi, biasakanlah dirimu.” Balas Yoona yang hanya dibalas anggukan malas Sehun.
“Cha, ayo kita pergi sekarang.” ucap Sehun seraya bangkit dari tempat duduknya setelah membayar bill. Yoona menatapnya dengan tatapan ‘pergi kemana?’
“Oh yeah benar, kau sehabis makan maka kau lupa ingatan. Kurasa aku harus mengingat hal itu baik-baik di otakku.” Oceh Sehun yang dibalas tepukan keras di lengannya dari Yoona. “Aku serius.” tukas Yoona dengan tatapan tajam menghiraukan Sehun yang kini sedang mengaduh kesakitan.
“Aww, itu sakit Yoong. Aku heran sebenarnya kau itu perempuan atau bukan. Tenagamu seperti Hercules, kau tahu?”
“Woa, what a really nice compliment, terima kasih” balas Yoona dengan nada senang yang dibuat-dibuat. “Hey, kau belum menjawab pertanyaanku, kita akan pergi kemana?” ucap Yoona kembali dengan wajah datar.
“Kau benar-benar lupa? Katanya kau ingin ke Cinema lagi untuk melihat sudah sepi atau belum disana” balas Sehun dengan wajah bosan
“Ah yang itu, sudahlah aku sudah tak ingin ke sana lagi. Buang-buang waktu saja, lebih baik lain kali saja.”
“Nah begitu.. Kurasa kau sudah mulai bijak sekarang,” goda Sehun yang membuat Yoona malu dan kesal dan kembali memukul lengan Sehun.
“Sudahlah, lebih baik kita pulang saja. Aku sudah mulai lelah” ajak Yoona.
“Okay, kajja.” Sehun menggandeng tangan Yoona dan mereka berdua pun berjalan keluar mall. Sesekali Sehun menggoda Yoona yang berakhir Sehun merasakan perih di lengannya karena di pukul Yoona.
Ya, sepertinya seorang ‘Cold guy’ itu sudah berubah menjadi ‘Funny guy’ di depan seorang Im Yoona.
.
Saat sudah mencapai basement, seseorang terdengar memanggil Yoona.
“Im Yoona!” seru orang itu, atau yang lebih tepatnya pria itu sambil berlari mengejar mereka.
“Oh omona! Luhan Oppa?!” pekik Yoona saat melihat pria itu semakin mendekat ke arahnya.
Brukk
Pria yang bernama Luhan itu langsung menghambur ke pelukan Yoona. Membuat Yoona kelimpungan dan hampir terjatuh, beruntung Sehun sempat menjaganya.
“Ne, ini aku Luhanmu yang sangat kau cintai,” ucap Luhan enteng, masih berada di pelukan Yoona.
Sehun pov
“Ne, ini aku Luhanmu yang sangat kau cintai,”
Apa-apaan ini! Luhanmu yang sangat kau cintai? Jadi kau mencintai pria lain Yoon? Hush, jangan berpikiran aneh-aneh Hun-ah. Berpikirlah positive. Ya, benar.
“Aduh, Lu-oppa. Lepaskanlah, aku tak bisa bernafas.” ucap Yoona
“U-oh, mianhaeyo Yoong-ah. Aku terlalu bersemangat tadi.” balas Luhan yang sok tampan itu.
“Ekhemm” aku berdehem agar menyadarkan kedua orang itu bahwa masih ada aku disini. Dan melayangkan tatapan kesal kearah Luhan.
“O-oiya, Lu-oppa. Ini kenalkan, Oh Sehun, namjachinguku.” kenal Yoona.
“Uwa, Yoona-ku kau sudah punya namjachingu rupanya?” pasti Luhan. Dibalas anggukan manis dari Yoona.
“Aku, Xi Luhan. Cinta sejati Yoona.”
.
.
.
To be Continued…
A/N : Yeayyy, seneng banget akhirnya bisa nyelesain ff ini di tengah ngerjain tugas yang masih bejibun ginii. Gimana-gimana? Puas gak nih, aku panjangin chapter kali ini. Nah yang minta momentnya udah aku kasih deh tuh walaupun sedikit bangett. Udah ada yang bisa nebak siapa dan apa hubungan cewek misterius di rumah Sehun sama Sehun? Atau Luhan itu siapanya Yoona? Hayoo, yang udah mau nebak tulis di kolom komen yaa^^ Dan kalau ada yang kurang berkenan sama bahasanya yang aneh, jangan sungkan-sungkan buat kritik akuu. Masukkan kalian selalu aku baca dan selalu aku usahain memenuhi keinginan kaliann.. Ohya, kalau ada typo yang cukup mengganggu, aku mohon tolong kasih tau akuu. So, please keep RCL yap!